{[['
']]}
Mbak Memi, Ibu Muda Haus Kenikmatan
Cerita Nadine kali ini menghadirkan cerita sex, cerita dewasa, kisah sex nyata, kisah sex abg, cerita mesum, cerita ngentot, foto sex, cewek igo, seks igo berjudul "Mbak Memi, Ibu Muda Haus Kenikmatan", Selamat Membaca.
Kisah ini terjadi saat pulang dari kerja lembur sekitar pukul 11:00 malam.
Dengan mobil Baleno kesayanganku, aku menyusuri Jalan di kawasan perumahan
elit yang mulai sepi karena kebetulan hujan gerimis. Ditengah perjalanan aku
melihat perempuan setengah baya berdiri di bawah pohon di pinggir jalan. Aku
merasa kasihan lalu aku menghentikan mobil dan menghampirinya.
Aku bertanya, “Ibu sedang menunggu apa?”
Dia memandangku agak curiga tapi kemudian tersenyum. Dalam hati aku memuji,
Manis juga ibu muda ini walaupun umurnya kelihatannya di atasku sekitar 34 -36 tahun
kalau digambarkan seperti artis Misye Arsita dan saat itu perutnya agak
membuncit kecil kelihatan sedang hamil muda.
“Kalau ke manukan naik angkot apa ya Dik?”
“Wah jam segini sudah habis Bu angkotnya, Gimana kalo saya antar?”
Dia kelihatan gembira. “Apa tidak merepotkan?”
“Kebetulan rumah saya juga satu arah dari sini, mari naik!”
Setelah dia ikut mobilku, Ibu itu bercerita bahwa dia berasal dari Jawa
Tengah, dia sedang mencari suaminya yang kebetulan baru 2 minggu kerja sebagai
sopir bis jurusan Semarang-Surabaya, keperluannya ke sini hendak mengabarkan
kalau anaknya yang pertama yang berumur 15 tahun kecelakaan dan dirawat di
rumah sakit sehingga butuh uang untuk perawatan anaknya. Kebetulan alamat yang di
tulis oleh suaminya tidak ada nomer teleponnya.
Sesampainya di alamat yang dituju kami berhenti. Setelah di depan rumah
ketika akan mengetuk pintu ternyata pintunya masih digembok, lalu kami bertanya
pada tetangga sebelah yang kebetulan satu profesi.
“Suami Ibu paling cepat 2 hari lagi pulangnya. Baru saja sore tadi bisnya
berangkat ke Semarang. Kebetulan kami satu PO.”
Kemudian kami permisi pergi. Kelihatan di dalam mobil dia sedih sekali.
“Terus sekarang Ibu mau ke mana?” tanyaku.
“Sebenarnya saya pengin pulang tapi.. pasti saya nanti di marahi mertua saya
kalau pulang dengan tangan kosong, lagian uang saya juga sudah nggak cukup
untuk pulang.”
“Begini saja, Ibu kan rumahnya jauh, capek kan baru nyampek trus pulang lagi..
apalagi kelihatanya ibu sedang hamil, berapa bulan?”
“Empat bulan ini Dik, trus saya harus gimana?”
“Dalam dua hari ini Ibu tinggal saja di rumah saya, kan nggak jauh dari manukan
nanti setelah dua hari ibu saya antar ke sini lagi, gimana?”
“Yah terserah adik saja yang penting saya bisa istirahat malam ini.”
“Oh ya, boleh kenalan.. nama Ibu siapa dan usianya sekarang berapa?”
“Panggil saja aku Mbak Memi, dan sekarang aku 35 tahun.”
Malam itu, dia kusuruh tidur di kamar samping yang biasanya dipakai untuk
kamar tamu yang mau menginap. Rumahku terdiri dari 3 kamar, kamar depan kupakai
sendiri dan isteriku, sedang yang belakang untuk anakku yang pertama. Malam itu
aku tidur nyenyak sekali, kebetulan malam sabtu dan di kantorku hanya berlaku 5
hari kerja jadi sabtu dan minggu aku libur. Sebenarnya aku ingin pergi ke
Malang tapi karena ada tamu, kutangguhkan kepergianku minggu depan.
Sekitar jam 8 pagi aku bangun, kulihat sudah ada kopi yang sudah agak dingin
di meja makan serta beberapa kue di piring. Mungkinkah ibu itu yang menyajikan
semua ini. Lalu setelah kuteguk kopi itu aku bergegas ke kamar mandi untuk cuci
muka dan kencing. Karena agak ngantuk aku kurang mengawasi apa yang terjadi,
saat aku selesai kencing aku tidak sadar kalau di bathup Mbak Memi sedang
telanjang dan berendam di dalamnya. Matanya melotot melihat kemaluanku yang
menjulur bebas, ketika aku membalik ke samping aku kaget dan sempat tertegun
melihat tubuh telanjang Mbak Memi, tubuh yang kuning langsat dan mulus itu
terlihat mengkilat karena basah oleh air dan buah dadanya.. wow besar juga
ternyata, 36B. Pasti empunya gila seks. Lalu mataku berpindah ke sekitar
pusarnya, di atas liang senggamanya tumbuh bulu kemaluannya yang lebat. Tak
sadar kemaluanku tegak berdiri dan aku lupa kalau belum mengancingkan celana,
Dan Mbak Memi sempat tertegun melihat kejantananku yang lumayan besar,
panjangnya 17 cm tapi kemudian.. “Aouuww, Dik itunyaa!” kata Mbak Memi sambil
menutup buah dadanya dengan tangan serta mengapitkan kakinya. Aku baru sadar
lalu buru-buru keluar.
Di kamar aku masih membayangkan keindahan tubuh Mbak Memi. Andai saja aku
bisa Memimati tubuh itu… aku malah berpikiran ngeres karena memang sudah lama
aku tidak mendapat jatah dari isteriku, ditambah lagi situasi di rumah itu
hanya kami berdua. Lalu timbul niat isengku untuk mengintip lagi ke kamar
mandi, ternyata dia sudah keluar lalu kucari ke kamarnya. Saat di depan pintu
samar-samar aku mendengar ada suara rintihan dari dalam kamar samping,
kebetulan nako jendela kamar itu terbuka lalu kusibakkan tirainya perlahan-lahan.
Sungguh pemandangan yang amat syur. Kulihat Mbak Memi sedang masturbasi,
kelihatan sambil berbaring di ranjang dia masih telanjang bulat, kakinya
dikangkangkan lebar, tangan kirinya meremas liang kewanitaannya sambil jarinya
dimasukkan ke dalam lubang senggamanya, sedang tangan kanannya meremas buah
dadanya bergantian. Sesekali pantatnya diangkat tinggi sambil mulutnya mendesis
seperti orang kepedasan, wajahnya kelihatan memerah dengan mata terpejam.
“Ouuuhh… Hhhmm… Ssstt…” Aku semakin penasaran ingin melihat dari dekat, lalu
kubuka pintu kamarnya pelan- pelan tanpa suara aku berjingkat masuk. Aku
semakin tertegun melihat pemandangan yang merangsang birahi itu. Samar-samar
kudengar dia menyebut namaku, “Ouhhh Aldiii.. Sss Ahhh..” Ternyata dia sedang membayangkan
bersetubuh denganku, kebetulan sekali rasanya aku sudah tidak tahan lagi ingin
segera Memimati tubuhnya yang mulus walau perutnya agak membuncit, justru
menambah nafsuku. Lalu pelan-pelan kulepaskan pakaianku satu-persatu hingga aku
telanjang bulat. Batang kemaluanku sudah sangat tegang, kemudian tanpa suara
aku menghampiri Mbak Memi, kuikuti gerakan tangannya meremasi buah dadanya. Dia
tersentak kaget lalu menarik selimut dan menutupi tubuhnya.
“Sedang apa Anda di sini!, tolong keluar!” katanya agak gugup.
“Mbak nggak usah panik.. kita sama-sama butuh.. sama-sama kesepian, kenapa
tidak kita salurkan bersama,” kataku merajuk sambil terus berusaha mendekatinya
tapi dia terus menghindar.
“Ingat Dik, saya sudah bersuami dan beranak tiga,” Dia terus menghiba.
“Mbak, saya juga sudah beristri dan punya anak, tapi kalau sekarang terus
terang saya sangat terpesona oleh Mbak.. Nggak ada orang lain di sini.. cuma
kita berdua.. pasti nggak ada yang tahu.. Ayolah saya akan memuaskan Mbak, saya
janji nggak akan menyakiti Mbak, kita lakukan atas dasar suka sama suka dan
sama-sama butuh, mari Mbak!”
“Tapi saya sekarang sedang hamil, Dik.. kumohon jangan,” pintanya terus.
Aku hanya tersenyum, “Saya dengar tadi samar-samar Mbak menyebut namaku,
berarti Mbak juga inginkan aku.. jujur saja.” Dan aku berhasil menyambar
selimutnya, lalu dengan cepat kutarik dia dan kujatuhkan di atas ranjang dan
secepat kilat kutubruk tubuhnya, dan wajahnya kuhujani ciuman tapi dia terus
meronta sambil berusaha mengelak dari ciumanku. Segera tanganku beroperasi di
dadanya. Buah dadanya yang lumayan besar itu jadi garapan tanganku yang mulai
nakal.
“Ouughh jangaan Diik.. Kumohon lepaskaan..” rintihnya.
Tanganku yang lain menjalari daerah kewanitaannya, bulu-bulu lebatnya telah
kulewati dan tanganku akhirnya sampai di liang senggamanya, terasa sudah basah.
Lalu kugesek-gesek klirotisnya dan kurojok-rojok dinding kemaluannya, terasa
hangat dan lembab penuh dengan cairan mani. “Uhhh… ssss..” Akhirnya dia mulai
pasrah tanpa perlawanan. Nafasnya mulai tersengal-sengal. “Yaahhh… Ohhh…
Jangaaann Diik, Jangan lepaskan, terusss…” Gerakan Mbak Memi semakin liar, dia
mulai membalas ciumanku bibirku dan bibirnya saling berpagutan. Aku senang,
kini dia mulai Memimati permainan ini. Tangannya meluncur ke bawah dan berusaha
menggapai laras panjangku, kubiarkan tangannya menggenggamnya dan mengocoknya.
Aku semakin beringas lalu kusedot puting susunya dan sesekali menjilati buah
dadanya yang masih kencang walaupun sudah menyusui tiga anaknya. “Yahh… teruuuss,
enaakkk…” katanya sambil menggelinjang.
Bersambung
0 Response to "MBAK MEMI, IBU MUDA HAUS KENIKMATAN"
Posting Komentar